Selasa, 30 Juni 2015

Tagged Under: ,

UKM UINSA boyong ke baskem di luar kampus

By: Kolis On: 07.32
  • Share The Gag
  • Ketika memasuki dunia kuliah, tentu kita akan disibukkan oleh serangkaian kegiatan perkuliahan yang padat. Tugas, laporan, dan ujian akan selalu menghiasi kehidupan para mahasiswa. Tetapi, potensi mahasiswa sering kali kurang dapat terasah hanya dengan kegiatan ngampus yang begitu-begitu saja. UKM atau yang kepanjangannya Unit Kegiatan Mahasiswa merupakan sarana yang pas untuk mengasah pengalaman dan kemampuan mahasiswa. Unit kegiatan mahasiswa sebenarnya suatu sarana yang diberikan oleh pihak birokrat kampus dalam upaya memberdayakan potensi mahasiswa. Tapi terkadang mahasiswa belum mengetahui secara pasti adanya ukm di kampus mereka. Atau bahkan sudah mengetahuinya tapi masih ragu-ragu untuk mengikutinya dengan alasan kurang tertarik dan takut mengganggu proses perkuliahan. Pembangunan proyek twin tower di kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) sering dijadikan alasan utama berhentinya beberapa UKM.
     Pembangunan yang menelan danana milyaran tersebut membutuhkan lahan yang maksimal. Oleh karena itu, dari pihak kampus memberikan kebijakan yang berupa seluruh UKM diharapkan untuk hengkang dari kampus. “Pembangunan twin tower ini membutuhkan keseriusan yang tinggi, kita ndak bisa main-main. Maka dari itu untuk sementara seluruh UKM pindah ke luar kampus dulu”. Ujar pria yang menjabat bidang kemahasiswaan. Pindahnya UKM kampus ke luar kampus tentu berdampak kurang baik bagi kelancaran kagiatan ekstrakulikuler mahasiswa. Mahasiswa yang hendak melakukan kegiatan UKM harus pergi dari kampus dan tentunya lebih menyulitkan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang bertempat di asrama kampus harus pergi keluar kampus demi sebuah kegiatan. Keberadaan UKM diluar kampus tentu juga mengurangi kenyamanan mahasiswa dalam berkegiatan. “Saya merasa bahwa UKM berada diluar kampus terasa kurang baik, karena sejatinya yang namanya UKM tentu berada di dalam kampus. Jauhnya lokasi UKM dan sungkan terhadap masyarakat setempat menjadikan kegiatan kami tidak maksimal, belum lagi jika pulang atau selesai kegiatan pada malam hari tentu kami sungkan terhadap masyarakat setempat” Ujar mahasiswi pendidikan bahasa Inggris tersebut. 
    Dari pihak UKM tentunya juga mengeluhkan keputusan tersebut. Lembaga Pers Mahasiswa Araita misalnya. LPM tersebut harus hengkang dari kampus dan menyewa sebuah kontrakan. Harga sewa kontrrakan tentunya tidaklah murah, hal ini tentu semakin merumitkan mahsiswa dalam melakukan kegiatan. “Kami menyayangkan kebijakan kampus, kebijakan tersebut kami rasa hanya merumitkan kami. Banyak hal yang kami harus urus kembali, belum lagi anggota LPM yang kesulitan jiaka harus bermarkas diluar kampus.” Ujar Hafsoh mahasiswi berdarah jawa tersebut.

    0 komentar:

    Posting Komentar