Selasa, 30 Juni 2015

Tagged Under: ,

’’KEPEMIMPINAN DALAM KONSEP AL QUR’AN’’

By: Kolis On: 07.23
  • Share The Gag
  • Segenap dewan hakim yang arif dan bijaksana, hadirin sebngsa dan setanah air yang kami banggakan.
    Pada zaman sekarang ini semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan , berebut kedudukan hingga mendapat sebuah kekuasaan tanpa memperhatikan kemampuan dan potensi yang di miliki.mereka menggap jabatan adalah keistimewaan ,fasilitas ,kewenangan tanpa batas,kebanggaan dan popularitas , tanpa niat dengan ihlas.
    Padahal sesungguhnya kepemimpinan dalam sebuah jabatanadalah amanah,titipan dari ALLAH SWT.bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan.Oleh karna itu hadirin,pada kesempatan kali ini perkenenkanlah kami memeparkan sarah al qur’an dengan judul’’KEPEMIMPINAN DALAM KONSEP AL QUR’AN’’sebagai rujukan suroh al –anbiya’;73
    ‘’Dan kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami,dan kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan,melaksanakan sholat dan menunaikan zakat,dan hanya kepada kami mereka menyembah’’
    Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir AL-Qur’an AL-Adhim ,di awal ayat berbicara tentang cirri kepemimpinan yang ideal yaitu para pemimpin itu senantiasa mengajak rakyatnya kejalan ALLAH ,aplikatif mereka memberikan keteladanan terlebih dahulu. Mencontohkan pengabdian dalam kehidupan sehari hari,yang dicerminkan dangan menegakkan sholat dan menunaikan zakat,sehingga mereka termasuk kelompok ‘Abid’yang senantiasa tunduk dan patuh mengabdi kepada ALLAH SWT.
    ‘WAKANU LANA ABIDIN bukan WAKANU ABIDIN’ merupakan penegasan bahwa perbuatan baik yang mereka perbuat,lahir dari rasa iman kepada ALLAH dan jauh dari kepentingan politik.Maka kata ‘Iana [Hanya Kepada Kami] adalah batasan bahwa hanya kepada ALLAH mereka berbuat kebaikan. ASy-syaukani dalam tafsir fathul Qodir menambahkan bahwa keriteria pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara universal. Fi’lal khairat yang senantiasa mendapat bimbingan ALLAH adalah beramal dengan seluruh syari’at ALLAH secara integraldan paripurna dalam seluruh segmen kehidupan.
    Sampai detik ini sejumlah masalah masih mengidap di tubuh bangsa ini. Di bidang Politik, hukum dan keamanan, bangsa kita adalah raksasa rapuh. Rumah bangsa ini tidak punya pagar. Kapal-kapal asing bebas keluar masuk menjarah ikan di perut laut pedalaman. Bahkan negara tetangga tanpa rasa takut memindahkan patok-patok batas negara. Maklum, peralatan perang tentara kita lawas. Sementara, budaya koruptif begitu akut dan sistemik ada di seluruh struktur urusan publik.
    Di sektor Kesra, sejumlah borok bangsa masih belum hilang: Angka kemiskinan tinggi. Pendidikan dan kesehatan mahal. Anak-anak busung lapar belum hilang dari angka statistik. Untuk urusan bencana, begitu lambat penanganannya. Ini adalah wujud minimnya rasa empati negara terhadap kesengsaraan rakyatnya. Belum lagi konflik horizontal, baik yang bermotif sara ataupun bermotif ekonomi. Ini pertanda negara tidak hadir di saat rakyat membutuhkan sebagai lembaga yang memiliki otoritas mengatur ketertiban. Kenapa itu semua terjadi? Banyak faktor yang menjadi sebabnya. Tapi, ada satu faktor mendasar yang menjadikan itu semua terjadi, yaitu kegagalan para elite kita memimpin bangsa ini. Sejatinya seorang pemimpin adalah orang yang secara berani mengambil alih masalah orang lain menjadi tanggung jawab dirinya. Ia problem solver masalah lingkungannya. Celakanya, beberapa dekade kepemimpinan bangsa ini justru diemban bukan oleh seorang problem solver. Jika pun ada, masih malas berpikir. Tidak kreatif dalam mencari solusi. Setidaknya masih tambal sulam. Akibatnya, tidak ada satu masalah bangsa pun yang terselesaikan secara tuntas.
    Kenyataan itu bisa kita dapati dalam potret keseharian masyarakat, tercetak di surat kabar, dan terekspose di kotak kaca televisi di ruang keluarga rumah kita. Siapapun presidennya, rakyat selalu harus antre minyak tanah untuk kompor mereka. Siapapun gubernur di ibukota, macet dan banjir adalah penyakit akut yang entah kapan akan enyah dari kehidupan keseharian warga kota.
    Repotnya lagi jika pemimpin yang terpilih justru menjadi problem bagi bangsa ini. Setiap hari rakyat digempur dengan masalah-masalah yang tidak perlu tapi dibuat pemimpin jenis ini. Sehingga tak heran jika hampir semua pemimpin di negeri ini masa akhir jabatannya adalah tragedi. Soekarno sebelumnya dielu-elukan rakyat, akhir masa jabatannya tercatat begitu suram. Ia digoyang dan dijatuhkan oleh rakyat. Mati dalam kesendirian. Begitu juga Soeharto. Bapak Pembangunan ini pun tersungkur di masa akhir jabatannya. Bahkan, Presiden Abdurrahman Wahid lebih menyedihkan lagi. Hanya seumur jagung memerintah. Kursinya dicopot beramai-ramai lewat sebuah mekanisme yang hampir tidak masuk akal.
    Tak heran jika akhirnya masalah-masalah yang membelit bangsa ini jadi bertumpuk dan tidak pernah diselesaikan. Sebab, kepemimpinan yang ada hanya sibuk membangun benteng kekuasaan dengan permainan citra. Semua masalah bangsa diselesaikan dengan retorika, iklan di media massa, atau setidaknya dengan kata “akan” lewat statemen di forum kenegaraan. Dengan kata “akan” itu seolah-olah masalah telah terselesaikan. Padahal tidak. Persis seperti seorang ABG yang mendempul wajahnya dengan bedak tebal guna menutupi bopeng bekas jerawat. Wajahnya terlihat mulus memang. Tapi, bopeng di wajahnya masih tetap ada.
    Karena itu, bangsa ini memerlukan pemimpin baru. Pemimpin yang menjadi problem solver. Pemimpin seperti ini tentu lahir dari generasi baru. Bukan dari generasi lawas pewaris kepemimpinan pola lama. Bukan juga berasal dari individu yang terlibat dan menyangga kepemimpinan masa lalu. Tgl 9 april 2014 kmaren rakyat Indonesia baru saja melksanakan pesta demokrasi dengan memilih wakil rakyat yang akan menentukan nasib bangsa selama 5 tahun ke depan .indonesia rindu dengan pemimpin yang jujur,pemimpin yang adil pemimpin yang mengutamakn kesejahtraan rakyat,. Bangsa ini membutuhkan pemimpin baru. Pemimpin yang menjadi antitesis karakteristik kepemimpinan gaya lama. Tapi, tentu saja kepemimpinan baru itu tidak berpola pikir nihilis. Pasti ada sisi-sisi positif yang dihasilkan dari kerja kepemimpinan masa lalu. Hal-hal positif itu tentu saja batu pijakan yang bagus untuk memulai step baru bagi perjalanan bangsa ini ke depan. Proses kelahiran kepemimpinan baru saat ini sangat memungkinkan. Syarat-syarat yang ada, baik berupa kondisi sosial, ekonomi, dan politik sudah lengkap. Tinggal satu faktor penting yang belum ada factor apakah itu hadirin ?: munculnya aktor yang berinisiatif menjadi penggerak perubahan. Perlu orang yang berani, jujur dengan cita-cita perjuangan, memiliki komitmen dan keteguhan terhadap ideologi dan cita-cita perjuangan, serta sabar dalam berjuang. Aktor perubah berkarakter seperti itulah yang dibutuhkan sebagai pemimpin di hari ini. Jangan sampai bangsa ini seperti keledai. Selalu mengulang kesalahan yang sama: memilih pemimpin bertipe makelar yang hanya mencari untung bagi kepentingan pribadinya sendiri.Betul…. ?
    Dalam sebuah hadist riwayat bukhori muslim Rosulullah SAW. Bersabda :
    “ setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan di minta pertanggung jawabannya”
    Pada dasarnya , setiap manusia adalah pemimpin minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya,dan setiap pemimpin akan di mintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya.
    Lantas bagai mana menjadi pemimpin yang sesuai dengan konsep al quran ?, sesungguhnya allah telah memberikan gambaran sosok pemimpin yang ideal dalam surah al ahzab ayat 21:
    “sesungguhnya telah ada pada diri rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut allah ‘’
    Dari ayat tersebut menginformasikan sekaligus menegaskan kepada kita sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat uswatun hasanah bagi kita rosul merupakan figure yang luhur paling contoh yg tinggi yg harus di ikuti dengan sepenuh hati ,baik perkataan maupun perbuatannya.demikian penegasan imam ali as shobuni dalam sofwatut tafsir. termasuk dalam hal kepemimpinannya , sebab beliau R osulullah merupakan sosok seorang pemimpin ideal yang sangat berhasil dalam sejarah dunia ,bahkan menjadi rahmatan linnas (rahmat bagi manusia)dan rahmatan lilalamin (rahmat bagi alam).kemudian dalam islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 sifat yang di miliki oleh rosulullh:1) siddiq yg artinya jujur 2)tabligh yang artinya menyampakan amanah 3)Amanah dapat di percaya 4)fathonah yg artinya cerdas.
    Sudah saatnya panggung suksesi kepemimpinan nasional di tahun 2015 diisi dengan isu memunculkan kepemimpinan yang kuat, yang mempunyai kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara,pemimpin yang memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektual dan yang siap melarat demi kepentingan rakyat. Sudah waktunya kepemimpinan nasional dipegang oleh pribadi yang bersih, peduli, dan profesional. Jangan serahkan tongkat kepemimpinan bangsa ini kepada pemimpin dengan kepribadian yang tidak konsisten dan dikelilingi lingkungan yang tidak kondusif.
    Hadirin yang kami mulyakan dewan hakim yang arif dan bijak sana
    Sebelum kami ahiri syarahan ini, dapat kita tarik beberapa kesimpulan yg 1)Bahwa sosok pemimpin sangat berpengaruh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.2) pemimpin yang baik adalah pemimpin yg hanya mengutamakn kepentingan rakyat danmengutamakn ahlakul karimah dalam memimpin.
    Jika Pemimpin ber iman maka Negara akan aman
    Jika pemimpin ber ilmu maka Negara akan maju
    Jika Negara bertaqwa maka Negara akan jaya
    Sekian dari kami semoga bermanfaat

    0 komentar:

    Posting Komentar